Pendahuluan

by Siti Nurleily Marliana & Joaquim Baeta

Perkembangan sistem akses terbuka (open access, OA) sebagai metode baru dalam publikasi ilmiah berlangsung sangat cepat dan tak terhindarkan. Mengakses konten kini lebih mudah daripada sebelumnya dan lebih menguntungkan, terutama bagi negara-negara di mana biaya berlangganan jurnal (subscription fee) sangat tinggi. Model OA menawarkan efisiensi dalam proses penerbitan, serta menjanjikan peningkatan visibilitas dan kemudahan pencarian untuk publikasi hasil-hasil penelitian. Namun demikian, terdapat kekhawatiran atas dampak OA baik bagi penulis maupun pembaca: OA dapat dengan mudah disalahgunakan oleh penerbit untuk mendapatkan profit yang tinggi dengan cepat dengan meningkatkan jumlah artikel yang diterima tanpa mempedulikan kualitas ilmiahnya, sementara pada saat yang sama membebani penulis dengan biaya publikasi yang tinggi. Penerbit semacam ini tidak mementingkan atau bahkan mengabaikan praktik-praktik yang berfungsi menjamin kualitas ilmiah suatu artikel, sehingga membahayakan integritas ilmu pengetahuan dan komunikasi ilmiah.

Pada saat yang sama, banyak yang membantah bahwa penyalahgunaan model penerbitan hanya terjadi dalam sistem OA. Penerbit berbasis langganan (subscription-based publishers) juga diketahui ada yang bertindak tidak etis dalam menjalankan bisnisnya (lihat Dupuis1 untuk contoh-contoh kasusnya). Akibatnya, kini banyak penulis berada dalam kebingungan tentang apa yang harus dilakukan dengan manuskrip mereka—karena tidak semua jurnal OA buruk, dan tidak semua yang berbasis langganan bagus. Tantangan bagi mereka adalah untuk bertindak selektif dalam memilih di mana akan mempublikasikan hasil penelitian mereka. Untuk itu, pemahaman atas kriteria dan standar praktik penerbitan yang baik merupakan modal yang harus mereka punyai untuk dapat memilih jurnal yang kualitasnya terjamin.

Saat ini, telah ada sejumlah studi yang bertujuan menilai kualitas jurnal berdasarkan praktik bisnis mereka. Beberapa studi berupaya untuk mempersempit definisi jurnal yang "baik", atau membuat “daftar putih (whitelist)” untuk jurnal yang dinilai “baik” (seperti yang dilakukan oleh the Directory of Open Access Journals (DOAJ) atau Cabell's). Identifikasi atas “penerbit predator” pertama kali dilakukan oleh Jeffrey Beall, yang menyusun daftar penerbit OA yang berpotensi sebagai predator dalam berbagai tingkatan (potential, possible, or probable predatory scholarly open-access publishers).2 Daftar Beall ini berperan penting dalam identifikasi kecurangan penerbit OA, dan memicu kelanjutan pembuatan daftar hitam (blacklist).

Lantas, bagaimana seharusnya kita sebagai ilmuwan menanggapi hal ini? Apakah kita harus mempercayainya? Atau mengabaikannya? Atau bahkan bertanya, apakah isu ini cukup penting untuk dibahas? Artikel ini secara berseri akan mengeksplorasi asal-usul penerbit predator, upaya untuk mengekspos mereka, kontroversi yang terjadi, mengapa isu ini penting untuk dibahas, dan apa yang dapat dilakukan oleh para penulis terhadap predator yang akan memangsa mereka.

References

  1. Dupuis J. Some perspective on “predatory” open access journals. Confessions of a Science Librarian. 2015 [accessed 2018 Apr 9]. http://confessions.scientopia.org/2015/03/31/some-perspective-on-predatory-open-access-journals/.

  2. Perhatikan bahwa kata sifat (ajektiva) yang digunakan (“potential”, “possible”, and “probable”) bersifat tentatif and tidak menunjukkan tuduhan ataupun fakta.